Bambang Soesatyo, Sang 'Vokalis' Tulen
Jika publik mengidentikkan anggota DPR dengan “duduk, diam, duit” nampaknya jelas hal tersebut tidak berlaku untuk semua anggota DPR RI. Setidaknya, hal tersebut tidak berlaku bagi H. Bambang Soesatyo, SE, MBA, anggota DPR RI dari Partai Golkar yang terpilih dari dapil Jateng VII (Kab. Banjarnegara, Kab. Kebumen, dan Kab. Purbalingga) pada pemilihan umum legislatif 2014 lalu. Simak saja sepak terjang anggota DPR dua periode ini menunjukkan bahwa dia seorang vokalis tulen parlemen, lembaga perwakilan rakyat Indonesia, DPR RI.
Terpilih pertama kali pada Pemilu 2009, Bamsoet, demikian kalangan politisi Partai Golkar menjulukinya, langsung menyita perhatian dengan gebrakannya mengungkap mega-skandal Bank Century. Bersama beberapa anggota DPR lintas fraksi, yaitu Maruarar Sirait (PDIP), Ahmad Muzani (Gerindra), Andi Rahmat (PKS), Lili Wahid (PKB), Mukhamad Misbakhun (PKS), Akbar Faisal (Hanura), Chandra Tirta Wijaya (PAN), dan Kurdi Mukhtar (PPP), Bamsoet membentuk tim 9 yang kencang menyuarakan skandal besar dibalik dana talangan sebesar 6,7 trilyun rupiah untuk Bank Century. Desakan tim 9 dan dukungan publik yang kuat kala itu berhasil memaksa DPR membentuk Pansus Century yang mayoritas berasal dari Komisi III, komisi DPR yang membidangi hukum yang ditempati Bambang Soesatyo hingga kini.
Padahal saat itu, Partai Golkar yang menjadi tempat Bamsoet bernaung merupakan partai politik pendukung pemerintahan Soesilo Bambang Yodhoyono, anggota setgab koalisi parpol pendukung pemerintah. Namun dia tidak bergeming, meski intimidasi dan tekanan tak henti menerpa perjalanannya di parlemen. Boleh jadi akibat sepak terjangnya, sejumlah isu tidak sedap menghampiri, seperti laporan kekayaan ke KPK hingga pembangunan gedung KPK. Namun Bamsoet memberi contoh konsistensi ucapan dan perbuatan, ketika dia melaporkan hadiah pernikahan anaknya ke KPK yang berasal dari beberapa pejabat publik. Kini diakuinya, semua terpaan itu justru membuatnya semakin kokoh dalam sikap dan tindakan.
Begitulah publik mengenal Bambang Soesatyo, politisi parlente namun punya bobot intelektual dan keberanian dalam tiap isu yang disuarakannya, serta vokalis parlemen yang selalu menyertakan fakta dalam setiap statemennya. Sebelum menjadi pengusaha lalu berpolitik, Bamsoet adalah seorang aktivis mahasiswa dan kemudian berprofesi sebagai wartawan. Latar belakang ini pula yang nampaknya membuat dia mandiri dan konsisten menyuarakan apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Selain itu, latar belakang tersebut membuat pergaulannya begitu luas di kalangan sesama politisi, media, tokoh agama, ormas, aktivis dan pengusaha.
Presidium KAHMI pusat ini semakin lantang bersuara setelah dipilih menjadi Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI, lalu ditetapkan sebagai Bendahara Umum DPP Partai Golkar hasil Munas Bali tahun 2014. Namun demikian, orang dekat Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie ini membuktikan bahwa posisi politik kuat bukanlah alasan mengapa seorang anggota parlemen harus bersuara lantang, melainkan memang sudah menjadi tugas seorang wakil rakyat yang ucapan dan manuvernya terkait tugas wakil rakyat dilindungi Undang-Undang.
Tokoh muda Partai Golkar kelahiran Jakarta pada tanggal 10 September 1962 ini merintis karir politiknya dari bawah, pernah menjadi pengurus DPP Majelis Dakwah Islamiyah (MDI), menjadi pemred Suara Karya, terpilih menjadi anggota DPR dan Wasekjen DPP Partai Golkar pada Musyawarah Nasional VIII di Pekanbaru, Riau. Meski sibuk di DPR, Bamsoet tetap produktif menulis di sejumlah media nasional dan menulis buku terkait kiprah politik dan suara kritis yang selalu dikumandangkannya. (pin)
Terpilih pertama kali pada Pemilu 2009, Bamsoet, demikian kalangan politisi Partai Golkar menjulukinya, langsung menyita perhatian dengan gebrakannya mengungkap mega-skandal Bank Century. Bersama beberapa anggota DPR lintas fraksi, yaitu Maruarar Sirait (PDIP), Ahmad Muzani (Gerindra), Andi Rahmat (PKS), Lili Wahid (PKB), Mukhamad Misbakhun (PKS), Akbar Faisal (Hanura), Chandra Tirta Wijaya (PAN), dan Kurdi Mukhtar (PPP), Bamsoet membentuk tim 9 yang kencang menyuarakan skandal besar dibalik dana talangan sebesar 6,7 trilyun rupiah untuk Bank Century. Desakan tim 9 dan dukungan publik yang kuat kala itu berhasil memaksa DPR membentuk Pansus Century yang mayoritas berasal dari Komisi III, komisi DPR yang membidangi hukum yang ditempati Bambang Soesatyo hingga kini.
Padahal saat itu, Partai Golkar yang menjadi tempat Bamsoet bernaung merupakan partai politik pendukung pemerintahan Soesilo Bambang Yodhoyono, anggota setgab koalisi parpol pendukung pemerintah. Namun dia tidak bergeming, meski intimidasi dan tekanan tak henti menerpa perjalanannya di parlemen. Boleh jadi akibat sepak terjangnya, sejumlah isu tidak sedap menghampiri, seperti laporan kekayaan ke KPK hingga pembangunan gedung KPK. Namun Bamsoet memberi contoh konsistensi ucapan dan perbuatan, ketika dia melaporkan hadiah pernikahan anaknya ke KPK yang berasal dari beberapa pejabat publik. Kini diakuinya, semua terpaan itu justru membuatnya semakin kokoh dalam sikap dan tindakan.
Begitulah publik mengenal Bambang Soesatyo, politisi parlente namun punya bobot intelektual dan keberanian dalam tiap isu yang disuarakannya, serta vokalis parlemen yang selalu menyertakan fakta dalam setiap statemennya. Sebelum menjadi pengusaha lalu berpolitik, Bamsoet adalah seorang aktivis mahasiswa dan kemudian berprofesi sebagai wartawan. Latar belakang ini pula yang nampaknya membuat dia mandiri dan konsisten menyuarakan apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Selain itu, latar belakang tersebut membuat pergaulannya begitu luas di kalangan sesama politisi, media, tokoh agama, ormas, aktivis dan pengusaha.
Presidium KAHMI pusat ini semakin lantang bersuara setelah dipilih menjadi Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI, lalu ditetapkan sebagai Bendahara Umum DPP Partai Golkar hasil Munas Bali tahun 2014. Namun demikian, orang dekat Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie ini membuktikan bahwa posisi politik kuat bukanlah alasan mengapa seorang anggota parlemen harus bersuara lantang, melainkan memang sudah menjadi tugas seorang wakil rakyat yang ucapan dan manuvernya terkait tugas wakil rakyat dilindungi Undang-Undang.
Tokoh muda Partai Golkar kelahiran Jakarta pada tanggal 10 September 1962 ini merintis karir politiknya dari bawah, pernah menjadi pengurus DPP Majelis Dakwah Islamiyah (MDI), menjadi pemred Suara Karya, terpilih menjadi anggota DPR dan Wasekjen DPP Partai Golkar pada Musyawarah Nasional VIII di Pekanbaru, Riau. Meski sibuk di DPR, Bamsoet tetap produktif menulis di sejumlah media nasional dan menulis buku terkait kiprah politik dan suara kritis yang selalu dikumandangkannya. (pin)
No comments