Kaum Muda Sebagai “Engine of Competitiveness”
Ridwan Hisjam, Wakil Ketua Komisi IX DPR |
Bonus demografi adalah bonus atau peluang (window of opportunity) yang dinikmati suatu negara sebagai akibat besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Berdasarkan data BPS, bonus demografis yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, khususnya pada periode 2015-2035 adalah berupa jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) yang cukup besar. Penduduk usia produktif pada komposisi penduduk Indonesia tahun 2015 diperkirakan mencapai 70% dari total penduduk Indonesia.
Wakil Ketua Komisi X DPR, Ridwan Hisyam mengatakan data penduduk tersebut merupakan bonus besar bagi Indonesia dalam mengarungi persaingan dalam komunitas ekonomi Asean. “Bonus demografi ini telah dialami dan dimanfaatkan negara-negara kaya dan sejahtera, seperti Jepang dan Eropa Barat. Pertumbuhan ekonomi tinggi akibat mengoptimalkan bonus demografi juga dinikmati Brasil, Rusia, India, dan China,” ujar Wakil Ketua Komisi DPR yang membidangi Pendidikan dan Kepemudaan ini.
Namun, bonus demografi ini bisa menjadi pisau bermata dua bagi ekonomi Indonesia, dimana dapat menjadi keuntungan apabila penduduk usia produktif itu berkualitas dan produktif, sebaliknya bonus demografi menjadi ancaman apabila penduduk usia produktif tidak memiliki pengetahuan dan skill yang memadai sehingga malah menjadi beban penduduk lainnya. “Karena itu, kata kunci bagi Indonesia adalah kualitas pendidikan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Kalau kualitas pendidikan baik dan pengangguran minimal, maka dijamin kualitas kesejahteraan manusia Indonesia dimasa mendatang akan baik dan bonus demografi akan menjadi kenyataaan,” ujar politisi Partai Golkar ini.
Menurut Ridwan, besarnya jumlah penduduk usia muda ini yang sangat penting bagi masa depan Indonesia, paling tidak ada tiga alasan yang mendasarinya. Pertama, kaum muda adalah sumber penting tenaga kerja produktif. Kedua, karakter kaum muda yang suka mencoba hal baru dan kreatif merupakan sumber inovasi. Ketiga, kaum muda merupakan pasar yang konsumtif terutama untuk industri hiburan dan makanan, hal ini terlihat dari perilaku gemar nongkrong yang menyebabkan cafe dan restourant menjamur tidak hanya di kota besar tetapi juga kota-kota kecil di seluruh Indonesia.
Indikator besarnya pasar anak muda Indonesia juga bisa dilihat dari besarnya penetrasi pengguna internet di Indonesia. Sebuah survei mencatat hampir 75% pengguna internet Indonesia yang berjumlah 55 juta adalah pengguna berusia 15 – 34 tahun. Sosial media seperti facebook dan twitter juga banyak disesaki pengguna muda, mereka kerap menciptakan trending topic yang mampu mempengaruhi pengambil kebijakan seperti pemerintah dan parlemen. Kalau dulu anak muda menyuarakan aspirasi hanya melalui jalanan, sekarang mereka dapat pula menyuarakan aspirasinya melalui sosial media.
Harapan agar kaum muda dapat menjadi “engine of competitiveness”, menjadi katalisator kemajuan ekonomi dalam era pasar bebas nanti memang sangat besar. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah kaum muda Indonesia telah sepenuhnya memahami MEA dan siap menjalani era kompetisi terbuka tersebut? Apakah tingkat pendidikan dan skill anak muda Indonesia mampu bersaing dalam pasar tunggal Asean?
Mempersiapkan Kaum Muda
Ketua Umum HIPMI, Bahlil Lahadalia |
Bahlil mengingatkan, segera digulirkannya MEA membuat kaum muda hanya punya dua pilihan, menjadi tuan atau pesuruh di negeri sendiri. Menurut Bahlil, jika kita ingin menjadi tuan, atau bahkan ekspansif ke negara lain, kuncinya terletak pada kapasitas dan daya saing. Hal tersebut membutuhkan pengetahuan, skill, kemampuan berbahasa internasional, dan penguasaan teknologi. “Meski optimis, namun kaum muda Indonesia masih punya pekerjaan rumah menyelesaikan beberapa problem dasar, seperti kurangnya keahlian dan produktivitas. HIPMI telah menyerukan agar pemerintah dan seluruh stakeolder kepemudaan berbenah diri,” ujar Bahlil yang baru beberapa bulan terpilih memimpin HIPMI.
Pendapat senada juga diungkapkan ketua BEM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Prof. HAMKA, Adi Cahya Nugraha menyebut sebagai bagian dari kaum muda, kita harus mengambil sikap proaktif dan tidak memandang MEA sebagai benda asing yang mengancam kedaulatan Indonesia. “Kita hanya perlu bersikap biasa namun bersiap dengan cara luar biasa, agar keikutsertaan Indonesia dalam komunitas ekonomi Asean membawa faedah bagi kesejahteraan bangsa, khususnya lewat partisipasi kelompok mudanya,” ujar Adi.
Menurut Adi, peran pelajar dan mahasiswa dalam menyambut MEA harus diperkuat karena sekolah dan kampus adalah tempat anak-anak bangsa mempersiapkan diri. Implementasi MEA tidak boleh luput dari perhatian dunia pendidikan karena misi pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa guna memperkokoh peran generasi muda dalam membangun negeri. Pendidikan merupakan kunci utama kaum muda dalam memperoleh ilmu, mengasah skill, dan membentuk mental. “Masa depan Indonesia bergantung pada kualitas pendidikan di sekolah dan universitas di negeri ini. Apalagi dengan dukungan anggaran 20% dari total APBN, seharusnya dunia pendidikan kita makin mensejajarkan diri dengan negara maju lainnya,” tandas mahasiswa semester VI ini.
Apakah kaum muda sebagai bonus demografi bagi Indonesia harus diaktivasi agar memberi manfaat maksimal bagi perekonomian nasional? Ketua Umum Wiramuda Indonesia, Dahroni Agung Prasetyo mengatakan, jika penduduk produktif yang berjumlah besar ini kerjanya hanya bermalas-malasan dan tidak mau mendayagunakan potensi dirinya, tentu saja bonus demografi ini akan menjadi beban bagi negara. Karena itu, beberapa hal yang harus dipersiapkan setiap individu di usia produktif, terutama generasi muda untuk menyambut kesempatan emas ini, dengan bermental positif dan optimis dalam memperjuangkan masa depan, meningkatkan potensi diri, dan membangun kompetensi untuk menghadapi persaingan.
Sementara bagi yang masih sekolah atau kuliah, tingkatkan prestasi dan terbiasa lah belajar keras agar kelak terbiasa dengan kehidupan yang 'penuh dengan tantangan'. Bagi yang kini memiliki anak kecil, berikan pendidikan terbaik untuk mereka agar bisa selalu mandiri, kreatif, mau berpikir dan berpendapat. Bahkan, jika anda kini telah memasuki usia senja, berikan lah semangat dan motivasi kepada anak dan cucu agar mereka dapat hidup terarah, bahagia dan sukses di masa depan. “Jika bangsa Indonesia dapat melakukan hal tersebut dengan penuh keyakinan, kemungkinan besar kita akan mendapatkan banyak keuntungan dari bonus demografi ini. Kaum muda bisa menjadi mesin untuk memenangkan persaingan dalam persaingan pasar tunggal Asean, serta membawa kesejahteraan bagi bangsa Indonesia,” tandas Agung, panggilan akrabnya.
Sebagai wirausahawan muda, Agung melihat aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat adalah SDM yang kompeten, karena kualitas SDM merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Agung meyakini, tenaga kerja dari Negara yang memiliki kompetensi kerja lebih tinggi, tentu memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dalam MEA. Peningkatan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek untuk memacu daya saing agar memperkuat struktur industri di masa depan. Agung juga mengajak peran serta lembaga dan organisasi non pemerintah untuk turut berkampanye sekaligus bertindak nyata bagi penyiapan kaum muda menghadapi MEA.
No comments