Header Ads


  • Breaking News

    Dakwah kultural ala Sunan Kalijaga

    Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Sembilan Wali (Walisongo) penyebar agama Islam di Indonesia pada abad ke-14 Masehi, yang sangat lekat dengan Islam di Pulau Jawa. Nama kecil beliau adalah Raden Said, putra dari Arya Wilakita seorang Adi Pati Tuban dan merupakan turunan pemberontak kerajaan majapahit, Ronggolawe.
    Masa muda Raden Said dihabiskan menjadi seorang perampok yang baik hati, Said muda melakukan kejahatan perampokan kepada kaum borjuis pada waktu itu, lalu hasil rampokannya dibagikan kepada rakyat jelata dan fakir miskin. Sunan Kalijaga yang masihberjiwa muda pada saat itu, beliau berpendapat bahwa orang kaya yang tak membantu sesamanya layak untuk diambil hartanya untuk kepentingan kaum miskin.
    Pada suatu saat Raden Said melakukan aksinya, namun beliau tidak mengetahui bahwa yang akan dirampoknya itu adalah orang yang kelak akan menuntuntunnya menjadi pendakwah yang ulung. Beliau adalah Sunan Bonang, salah seorang wali dari wali songo. Singkat cerita Raden Said pun berguru kepada Sunan Bonang hingga akhirnya diberi gelar Sunan Kalijaga. Tugas mulia kini berada di pundak Sunan Kalijaga, dulu berbuat jahat untuk menolong sesama, kini berbuat dengan hikmah untuk menyebarkan ajaran Islam.
    Menarik dari perjalanan dakwah Sunan Kalijaga adalah metode yang beliau gunakan, Sunan Kalijaga memahami betul kondisi sosiokultur orang Jawa pada saat itu, masyarak Jawa masih kental dengan agama sebelumnya, sehingga ajaran Islam tidak bisa disampaikan secara frontal karena akan membuat masyarakat antipati, oleh karena itu dakwah kultural menjadi pilihan bagi SunanKalijaga untuk menyampaikan Islam tanpa menegasikan nilai-nilai Islam itu sendiri.
    Berikut ini metode dakwah Sunan Kalijaga yang sangat populer:
    Wayang: Sunan Kalijaga adalah seorang dalang yang handal, melalui media wayang ini beliau mengenalkan kepada masyarakat jawa tentang sejarah Islam, masyarakat kemudian tertarik dengan ajaran yang disampaikan oleh Sunan Kalijaga hingga mereka semakin penasaran lalu menjadi pengikut Sunan,tentunya dalam kondisi memeluk ajaranIslam.
    Gamelan Skatenan: Sunan Kalijaga bersama wali lainnya sengaja mengumpulkanmasyarakat, khususnya masyarakat awam baik di Masjid ataupun di alun-alun, lalu memukul gamelan tersebut dengan irama yang tidak memiliki perbedaaan dengan gamelan-gamelan sebelumnya, tetapi dengan desain sedemikian rupa hingga masyarakat penasaran dan datang mendengarkan musik gamelan itu, setelah mereka semua berkumpul berdirilah para wali untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan penuh hikmah. Hingga hari ini perayaan skatenan masihbisa kita jumpai, semisal di Kesultanan Yogyakarta.
    Transformasi Tradisi: umumnya masyarakat Jawa pada saat itu memiliki beragam tradisi dari agama sebelumnya, agar Islam dapat diterima masyarakat maka tak jarang Sunan Kalijaga melaku transformasi tradisi Jawa dengan ajaran Islam, semisal ajaran menyerahkan sesaji dan membakar kemenyan yang diperuntukkan kepada lelembu, jin atau makhluk ghaib lainnya dengan maksud agar makhluk-makhluk tersebut berdamai dengan mereka dan tidak mengganggu. Sedikit demi sedikit diganti dengan cara-cara memberi sedekah kepada fakir miskin, tetangga, keluarga, dan sebagainya.

    Masih banyak kisah dakwah yang dibawakan oleh Sunan Kalijaga, namun yang paling populer adalah tiga metode diatas. Hari ini agama islam sangat mengakar di nusantara khususnya indonesia itu tidak lepas dari pondasi yang diletakkan para Walisongo. Hingga saat ini banyak kita jumpai kebudayaan Islam peninggalan Sunan kalijaga bersama Walisongo. Pelajaran penting dari kisah Sunan Kalijaga ini bahwa dakwah Islam itu harus bil hikmah. Salah satu bil hikmah itu adalah mengajarkan Islam tanpa dengan kekerasan dan tanpa merusak tradisi baik yang ada pada masyarakat sebelum Islam. (mail, dari berbagai sumber)

    No comments

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad