Header Ads


  • Breaking News

    Islam Kebangsaan

    Oleh: Rustana Hasan

    Islam merupakan agama universal, yang ajarannya mencakup semua aspek kehidupan umat manusia. Tidak hanya ajaran yang mengatur tata cara beribadah kepada Allah SWT, namun juga mengatur hubungan antar umat manusia, termasuk aturan-aturan tentang keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujurat Ayat 13 yang artinya “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal”
    Dalam ayat tersebut di atas, Allah SWT memberikan prinsip dasar berbangsa dan bernegara yang sangat sederhana tapi mendalam seperti pada makna ‘supaya kamu saling kenal mengenal’. Sederhana namun memiliki makna mendalam, yaitu satu kesatuan bahasa, satu kesatuan daerah, satu kesatuan hubungan ekonomi, dan satu kesatuan jiwa dalam kesatuan budaya yang berbeda-beda menciptakan komitmen bersama untuk berbangsa dan bernegara. Untuk itu, Islam dan Bangsa atau Negara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, walaupun satu kesatuan yang berbeda.
    Sejarah mencatat tiga setengah abad penjajahan yang dilakukan Belanda dan ditambah tiga setengah tahun masa penjajahan jepang merupakan waktu yang amat lama untuk dapat bangkit. Keterbelakangan mental, pendidikan, juga tatanan ekonomi yang rusak, akibat penjajahan maupun akibat tradisi tahayul, ternyata memberikan kesadaran bagi rakyat Indonesia pada zaman itu untuk kembali memperjuangkan harkat dan martabatnya bangsa ini. Akhirnya, banyak bermunculan para Syuhada dan tokoh-tokoh Islam yang sangat gigih melakukan perlawanan terhadap penjajah dan kolonialisme. Diantara tokoh-tokoh tersebut seperti KH Muhammad Darwis atau yang dikenal dengan nama KH Ahmad Dahlan Pendiri Organisasi Islam Muhammadiyah tahun 1912-1922 (Pahlawan Nasional Indonesia), melalui Pembaharuan Islam dan Pendidikan Sang Kyai berhasil menjadi pelopor kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa yang terjajah yang masih harus belajar dan berbuat untuk perubahan, dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya, ajarannya yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan mengabdi bagi masyarakat dan umat dengan dasar Iman dan Islam, dan juga menjadi pelopor kebangkitan wanita Indonesia supaya menimba pendidikan untuk mengangkat harkat martabat dan kehormatan wanita Indonesia.
    Begitu pula tokoh hebat lainnya, Hadrotus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari pendiri organiasi Islam NU (Pahlawan Nasional Indonesia), memiliki kontribusi luar biasa terhadap Islam dan Indonesia. Bahkan, ketika sebagian ummat Islam masih ragu-ragu dengan konsepsi kebangsaan yang plural, Hasyim Asyari bersama tokoh-tokoh lainnya berada di garda depan untuk meyakinkan bangunan kebersamaan dalam wadah Negara Indonesia. Pencerdasan bangsa juga dilakukan melalui wadah Nahdlatul Ulama yang dipimpinnya, ribuan pondok pesantren dan sekolah menjadi modal luar biasa bagi pembangunan pendidikan bangsa Indonesia. Bisa di bilang, pondasi membaca dan menulis, banyak dilakukan Hasyim Asyari dan ulama-ulama NU kepada anak-anak bangsa. Kehadiran ormas Islam terbesar di Indonesia ini, menjadi salah satu pilar penting bagi keberlangsungan eksistensi Indonesia ke depan.
    Ada pula KH. Mas Mansyur (Pahlawan Nasional Indonesia). KH. Ibrahim (Ketua PP Muhammadiyah kedua tahun 1923-1933), KH. Wahab Hasbullah Pendiri NU (Pahlawan Nasional Indonesia), Tuanku Imam Bonjol (Pahlawan Nasional Indonesia), Teuku Umar (Pahlawan Nasional Indonesia), Pangeran Diponegoro (Pahlawan Nasional Indonesia), dan Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (Pahlawan Nasional Indonesia). Tentunya, masih banyak lagi para syuhada, tokoh dan ulama Islam yang berjuang dan berkorban mendirikan dan menjaga tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, termasuk juga kedua proklamator kita, Bung Karno dan Bung Hatta. Bahkan, bangsa ini tidak akan pernah lupa pekikan “Allahu Akbar!” yang dikumandangkan Bung Tomo saat menyemangati perlawanan arek-arek Suroboyo, pada peristiwa yang kemudian kita peringati sebagai Hari Pahlawan 10 November.
    Selain itu, kita juga perlu mengetahui rumusan bangsa, Pancasila yang menjadi landasan dan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses pembahasan yang panjang dalam sidang PPKI yang dilakukan oleh para tokoh Islam diantaranya Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, KH. Abdul Wahid Hasyim dan Teuku Moh Hasan. UUD 1945 yang merupakan dasar Negara Indonesia juga merupakan produk yang didalamnya terkandung inti dari ajaran Islam itu sendiri, ini merupakan bukti bahwa Islam dengan ajaran-ajarannya yang universal hadir memberikan rahmat kepada kita rakyat Indonesia. Jadi, ‘siapa yang menjadi penguasa di negeri ini ingatlah sejarah berdirinya bangsa ini’.
    Namun akhir-akhir ini saya merasa ketidakteraturannya negeri kita, demonstrasi di mana-mana, kebijakan pemerintah yang serba plin-plan mungkin karena sebab adanya kebohongan dan kedjholiman yang dilakukan oleh penguasa negeri saat ini. Untuk itu perlu adanya sinergitas antara penguasa negeri atau pemerintah dan ulama, sehingga berjalannya roda pemerintahan untuk kepentingan bangsa terhindar dari para ambisius kekuasaan karena adanya kontrol yang dapat diredam dengan nilai-nilai dan norma yang dimasukkan karena peran ulama dan Agama di dalamnya. Selain itu ulama juga dapat diminta dan dapat memberikan masukan-masukannya untuk kepentingan bangsa dan negara.
    Namun, yang terjadi justru sebaliknya, seperti yang sering dilakukan era pemerintahan neolib sekarang ini malah ‘pengalihan isu’ seperti selalu mengangkat isu terorisme yang nyatanya justru memperburuk citra Agama Islam karena mayoritas penduduk Indonesia adalah masyarakat muslim. Isu terorisme yang selalu memiliki rating tinggi di pemberitaan media, merupakan sebuah bentuk kedzoliman yang selalu dan berulang dilakukan. Sebagaimana perkataan Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumuddin II Hal. 381, “sesungguhnya kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para penguasanya, dan kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama, dan kerusakan ulama disebabkan karena sebab oleh cinta harta dan kedudukan, dan barang siapa dikuasai oleh ambisi duniawai ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya, Allah lah tempat meminta segala persoalan”.
    Kalau lah kita semua mengerti maksud perkataan salah seorang ulama yang menjadi hujjah ummat Islam ini, mungkin negeri kita dapat memberikan ketentraman dan kedamaian. Namun keadaan menjadi sangat berbeda ketika para penguasa negeri ini lupa dengan Agamanya, padahal ruh ke-Islaman yang ditanamkan dalam bangsa ini sebenarnya dapat dirasakan jika kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, bersyukur dengan nikmat kemerdekaan yang Allah SWT berikan kepada bangsa Indonesia, bersyukur dengan diberikannya kekayaan alam yang melimpah kepada negeri ini. Bersyukur dalam makna memanfaatkan kemerdekaan ini dengan mewujudkan rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bersyukur dalam arti memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki negeri ini semata-mata untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
    Untuk itu lah seperti yang sudah saya sampaikan di atas sejarah menjadi saksi bahwa Islam dengan ajarannya memiliki korelasi yang erat dengan bangsa ini, dan muslim sejati yang memiliki pemahaman tentang ajaran Agamanya dengan baik tidak mungkin melupakan tanggung jawab terhadap urusan bangsanya. Mudah-mudahan Allah Swt menjadikan pemimpin Republik Indonesia ini jujur dan amanah, dan mudah-mudahan Allah Swt menjadikan negeri ini negeri yang baik dan memiliki tuhan yang maha pengampun (QS: Saba Ayat 15).

    Penulis adalah ketua bidang kewirausahaan dan ekonomi syariah PP AMMDI

    No comments

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad