Dr. KH. Deding Ishak, Ulama Politisi dan Pendidik
Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) tidak pernah kering dengan tokoh-tokoh yang lahir dari tenda dakwah dan politiknya. Lihat saja, sejak Golongan Karya (Golkar), atas restu Pak Harto, mendirikan Majelis Dakwah Islamiyah pada tahun 1978, selalu saja muncul para ulama, intelektual serta tokoh bangsa dengan ragam corak karakter dan pemikirannya. Salah satunya adalah KH. Deding Ishak Ibnu Suja, seorang ulama sekaligus intelektual dan politisi yang banyak memberi warna konseptual bagi ummat Islam serta politik melalui Partai Golkar. Kang Deding, demikian sapaan akrabnya, adalah ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Majelis Dakwah Islamiyah dua periode, yaitu periode 2006-2011 dan 2011-2016 (hingga sekarang), menggantikan KH. Khalid Mawardi.
Penyandang gelar doktor kebijakan publik Universitas Pajajaran ini adalah legislator, anggota DPR RI dua perode, terpilih mewakili daerah pemilihan Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor periode 2009-2014 dan 2014-2019. Kang Deding, pria kelahiran Bandung, tanggal 4 Juni 1962, juga pemangku sebuah lembaga perguruan tinggi Islam, sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yapata Al-Jawami, Bandung. Wakil ketua Komisi VIII (membidangi sosial, agama, pemberdayaan perempuan) ini adalah putra KH. R. Totoh Abdul Fatah, seorang ulama kesohor di bumi Pasundan dan mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat. Beliau juga cucu pendiri Pondok Pesantren Sindangsari (Al-Jawami), Cileunyi, Bandung.
Kang Deding memang terlahir di lingkungan ulama dan pendidik, karakter yang terbawa hingga kini, di lingkungan dakwah Islam, pendidikan dan politik yang ditekuninya. Karakter ini terlihat jelas dari gaya bicaranya yang lemah lembut, berbanding terbalik dengan perawakannya yang tinggi besar. Dia bertekad memajukan ummat dan bangsa melalui dakwah dan pendidikan. Dengan kapabilitas intelektualnya sebagai pendidik dan ketua umum ormas besar, serta dipadukan dengan posisi politiknya sebagai pimpinan komisi di DPR RI dan ketua DPP Partai Golongan Karya, ayah empat anak ini bertekad untuk menjadikan pembangunan bidang pendidikan sebagai modal dasar pembangunan Indonesia.
Mantan anggota DPRD Jawa Barat ini berkeyakinan, keberhasilan bidang pendidikan akan berdampak pada keberhasilan pembangunan di bidang lain. Keberhasilan satu bangsa di sejumlah bidang, terutama dibidang ekonomi berpangkal pada suksesnya pembangunan sumber daya manusianya. Apalagi, Indonesia diberkahi berlimpahnya sumber daya alam, yang masih dominan dikelola oleh asing atau diekspor dalam bentuk bahan mentah. “Anak bangsa bisa bernasib seperti pepatah, “anak ayam mati di lumbung”, jika kita gagal membangun percepatan pembangunan manusianya”, ujar Kang Deding yakin. “Begitu pun sebaliknya, keberhasilan bidang ekonomi dan politik, namun tidak disertai oleh keberhasilan di bidang pendidikan, hanya akan menjadi bumerang bagi bangsa itu sendiri. Jadi kita membutuhkan keseimbangan antara kemakmuran dan kemajuan intelektual anak bangsa”, pungkasnya.
Politisi santun ini juga dikenal produktif menulis di berbagai media massa. Berbagai tulisannya mudah dikenali di media-media nasional, karena reflektif dan penuh solusi. Kang deding adalah tipe politisi yang selalu berbicara menggunakan fakta, dan bertindak dengan gagasan. Gayanya tidak meledak-ledak seperti politisi pada umumnya, gagasannya selalu segar lewat banyak tulisan. Ide dan gagasan cerdasnya, tentu selalu dibutuhkan bagi ummat dan bangsa. Berkarya lah terus kang Deding, semoga amal dan baktimu berfaedah untuk rakyat Indonesia, amien. (pin)
No comments