Header Ads


  • Breaking News

    Sebenar-Benarnya Merdeka

    Sudah 70 tahun lamanya tanah air kita tercinta, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Pada hari Jum’at, tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno didampingi Muhammad Hatta membacakan teks proklamasi yang ringkas namun penuh makna, dan menggetarkan seluruh penjuru dunia. Faktanya, hanya dalam tempo satu dekade sesudahnya, kemerdekaan Indonesia menginspirasi kemerdekaan puluhan Negara-negara terjajah di Asia dan Afrika. Kemerdekaan Indonesia tepat pada momentum perubahan paling dahsyat dalam sejarah, berakhirnya perang dunia II serta masa peralihan kolonialisme barat yang dirusak ekspansi Jepang di Asia, dan okupasi Jerman di Eropa dan Afrika.

    Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, terjadi persis setelah kemenangan Sekutu yang kemudian berancang-ancang merebut kembali bekas tanah jajahannya di benua Asia dan Afrika. Indonesia merdeka tidak saja menginspirasi banyak Negara terjajah, melainkan kemudian menjadi lokomotif negara-negara selatan tersebut untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bekas penjajahnya lewat Konferensi Asia Afrika.

    Setelah tujuh puluh tahun berlalu dari peristiwa yang mengubah sejarah tersebut, rakyat Indonesia telah menikmati kemerdekaannya dengan lepas dari penjajahan, terbebas dari todongan senjata dan paksa serta siksaan tentara asing. Kemerdekaan, dalam angan Bung Karno dan Bung Hatta, adalah pintu gerbang menuju kesejahteraan rakyat Indonesia sehingga menjadi negara yang makmur dan bermartabat. Kemerdekaan, dalam mimpi-mimpi founding father Republik, adalah kesempatan rakyat Indonesia untuk mengatur dirinya sendiri secara bebas sehingga segenap potensi yang dimiliki dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran.
     

    Awalnya, tidak banyak yang percaya Indonesia bisa menjadi sebuah Negara bangsa, mengingat demikian beragamnya suku, agama, bahasa, adat dan budaya yang membentang dari Aceh hingga Papua. Sebagian ilmuwan barat, bahkan sempat mengejek Indonesia sebagai ‘imagine community’ untuk menyebut betapa rentannya kohesifitas Negara baru bernama Indonesia. Namun bangsa Indonesia membuktikan, bahwa segala perbedaan yang melatari Nusantara bukanlah rintangan, melainkan kekuatan bagi Indonesia merdeka. Dinamika berbangsa sejak proklamasi 1945 menunjukkan kian matangnya Indonesia sebagai sebuah bangsa dan Negara. Indonesia merdeka memang bukanlah sesuatu yang take for granted, namun sebuah proses menjadi dengan akar yang kokoh, yang terus berproses hingga hari ini, makin kuat seiring perjalanan waktu.

    Tujuh dekade kemerdekaan itu memang telah dinikmati rakyat Indonesia lewat kemajuan ekonomi, pembangunan infrasturktur, kemajuan dunia pendidikan dan kebudayaan, serta pembangunan politik dan demokrasi yang membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Pembangunan telah membuat Indonesia memiliki ratusan perguruan tinggi, ratusan bandara dan pelabuhan, ribuan doktor dan professor, sistem pemilu yang demokratis bahkan memilih pemimpinnya secara langsung. Sesuatu hal yang hanya menjadi angan-angan bagi generasi martil angkatan Tan Malaka, M. Yamin, Syahrir, Syafrudin, serta tentu saja kedua proklamator Indonesia, Soekarno-Hatta.


    Namun demikian, tidak berarti semua yang kita nikmati saat ini bisa begitu saja kita terima tanpa sikap kritis, sebuah sikap evaluatif yang mutlak diperlukan agar kemerdekaan yang kita dapatkan merupakan kondisi sebenar-benarnya merdeka! Apalagi kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah, melainkan hasil perjuangan yang mengorbankan ratusan ribu nyawa pejuang dan jutaan rakyat. Kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian Belanda dan Jepang, sehingga menyiakan perjuangan dan pengorbanan darah jutaan syuhada tersebut, niscaya menjadi noda bagi Indonesia merdeka. Memperingati kemerdekaan dan mengenang para pahlawan adalah bersikap kritis atas kondisi kebangsaan kita saat ini, sembari meneruskan patriotisme yang telah mereka siram di bumi pertiwi dengan darah dan air matanya.


    Jutaan rakyat yang masih berkubang dalam kemiskinan, jutaan pekerja yang hidup seadanya dari upah yang minim, jutaan petani yang terhimpit penguasaan jutaan hektar lahan yang dikuasai pengusaha-pengusaha asing dan korporasi besar, jutaan ton beras, jagung dan kedele impor di negeri yang mengaku sebagai negara gararis, penguasaan sumber energi dan mineral oleh korporasi transnasional, kebijakan ekonomi dan politik yang dikendalikan lembaga-lembaga global bikinan negara adidaya serta hutang luar negeri yang menghimpit dalam jumlah ribuan trilyun rupiah, jelas adalah noda bagi Indonesia merdeka, karena Indonesia merdeka adalah Indonesia yang makmur dan bermartabat!


    Kemerdekaan sejati adalah lepas dari hegemoni dan dominasi, baik hegemoni dan dominasi asing maupun bangsa sendiri. Merdeka adalah terbebas dari todongan senjata, baik senjata asing maupun aparat negeri sendiri. Kemerdekaan sejati meniscayakan pemerintahan yang berdaulat dan berpihak, mensyaratkan pembangunan yang merata dan berkeadilan, membutuhkan bangunan politik dan demokrasi yang bersumber dari akar sejarah dan tradisi bangsanya sendiri, memerlukan kerja keras dan partisipasi rakyatnya, serta patriotisme yang terus menyala di dada segenap warganya. Kemerdekaan sejati adalah terlepasnya belengguh kemiskinan dan kebodohan dari jutaan rakyat jelata! Titik!


    Karenanya, segenap kaum muda di Republik ini janganlah lengah dan abai, bahwa cita-cita kemerdekaan yang dikumandangkan pada pagi hari 9 Ramadhan 1364 H belum lah usai perjuangan mewujudkannya. Masih banyak kerja dan tugas generasi masa kini, sebagai pewaris Bung Karno dan Bung Hatta, guna mewujudkan mimpi-mimpi mereka menjadikan kemerdekaan sebagai pintu gerbang menuju kemakmuran rakyat, menuju Indonesia yang sebenar-benarnya merdeka..


    Ton Abdillah Has
    Ketua Umum Angkatan Muda MDI

    No comments

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad