ISIS Ancaman Bagi Indonesia!
Pemberitaan tentang Islamic State in Irak and Syam (ISIS) yang sekarang telah berganti nama menjadi Islamic State (IS) semakin gencar belakangan ini di media internasional dan nasional. Berbeda dengan pemberitaan isuterorisme internasional sebelumnya, seperti al-qaedah atau kelompok ekstrimis lainnya, pemberitaan tentang kelompok ini melibatkan media sosial seperti Youtube untuk memperlihatkan aksi ekstrim seperti mengeksekusi tahanan, melakukan pemboman, atau menyerang kelompok tertentu dengan menggunakan senjata. Hebohnya pemberitaan itu bukannya tak beralasan, karena berbeda dengan kelompok terror lain yang melakukan aksinya secara diam-diam, atau sekedar mengumumkan klaim bertanggung jawab ke media, kelompok teror baru ini justru memposting aksinya ke media, sebagai alat propaganda. Aksi pamer itu tak jarang disertai unjuk pasukan hingga ratusan bahkan ribuan orang.
Hasan Kleib Dirjen Kemenlu RI |
Dirjen Hubungan Bilateral Kementerian Luar Negeri RI, Hasan Kleib berpendapat, terdapat perbedaan mencolok antara ISIS dan kelompok ekstrimis (terorisme) lain yang dapat kita saksikan di media. Menurut dia, ISIS terlihatberbeda dari kelompok teror lainnya seperti Al-qaedah karena jumlah pengikutnya semakin hari semakin bertambah hingga ratusan ribu dan tak menutup kemungkinan bisa menjadi jutaan, sedangkan Al-qaedah masih dihitung kelompok kecil. “Al-qaedah beroperasi hanya melalui aksi teror dan melibatkan sedikit orang, sedangkan ISIS melibatkan ideologi politik,” ujar Hasan Kleib dalam diskusi tentangISIS di PP Muhammadiyah tanggal 10 april 2015 lalu.
Menurut Hasan Kleib, deklarasi Negara Islam (Islamic State) yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdady, sebelum menjadi ISIS merupakan kelompok pejuang Irak pasca konflik dan invasi AS di Irak tahun 2003 untuk menggulingkan Saddam Husain. Kelompok pejuang tersebut membentuk organisasi untuk mewadahi perjuangan mereka dalam rupa Dewan Syura yang kemudian mendeklarasikan Daulah Islam Irak (DAI) yang dipimpin oleh Abu Umar Al-Baghday. Setelah Abu Umar Al-Baghdady tewas terbunuh, Abu Bakar Al-Baghdady yang mengambil alih kepemimpinan DAI.
“Para ekstremis pimpinan Abu Bakar Al-Baghdady kemudian bergerak ke Suriah menjelang revolusi suriah 2011 silam, sebagian pasukan Al-Baghdady memang berasal dari suriah, lalu mereka membentuk kelompok gerakan bernama Jabhan Al Nusrah untuk melawan presiden Bhasar Asad. Jabhan Al Nusrah adalah kelompok paling banyak jumlah pasukannya di suriah,” sambung diplomat senior Kementerian Luar Negeri RI ini.
Dr. Luthfi Zuhri dari Pusat Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia melihat, gagasan negara Islam melalui konflik bersenjata yang dibawa ISIS telah di Timur Tengah dan Afrika. Luthfi Zuhri menuturkan kehebohan dunia internasional, karena gerakan ISIS yang dianggap hanya berkutat di Irak dan Suriah, kini merambah negara-negara di luar Irak dan Suriah. “Sejak dideklarasikan, sedikit demi sedikit garis keras Islam dari berbagai belahan dunia menaruh simpati kepada ISIS. ISIS dinggap sebagai Daulah Islam (Islamic State) yang sesungguhnya, dianggap berbeda dengan Al-qaedah yang sembunyi-sembunyi, atau pembawa konsep khilafah lainnya yang tak nyata wujudnya,” ujarnya.
Perkembangan ISIS bisa meluas cepat karena bergabungnya kelompok-kelompok ekstremisme Islam lain di beberapa negara yang tadinya merupakan kelompok terpisah. namun kemudian terpengaruh dan menyatukan diri dalam ISIS. “Unifikasi kelompok teror ini terlihat jelas di Suriah, dan belakangan kelompok Boko Haram yang menyatakan bergabung dengan Islamic State dan mendeklarasikan khilafah di Nigeria. Hal itu membuat pemerintah Indonesia harus waspada, karena penggabungan kelompok teror bukan tak mungkin terulang di tempat lain, termasuk di Indonesia,” ungkap Luthfi Zuhri.
Nampaknya, Indonesia juga tak luput dari dampak perluasan ISIS. Pada tanggal 20 juli 2014, bertempat di Gang Makam, Desa Gadingkulon, Kec. Dau, kabupaten Malang, Jawa Timur, sekelompok orang berkumpul untuk mendeklarasikan diri sebagai ISIS Indonesia dan mendukung kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdady. Akibat kejadian tersebut, kepolisian dan pemerintah cepat sigap untuk menelusuri kebenarannya, sampai-sampai masyarakat yang berkumpul di masjid diluar waktu shalat pun menjadi objek pengintaian di Kota Apel, Batu.
Irfan Idris |
Nampaknya, di Indonesia ISIS mendapat simpati dari sejumlah orang yang langsung sukarela mendaftarkan diri sebagai pengikut. Tanpa menyelidiki atau mencari kebenaran informasi tentang ISIS, sedikitnya 56 orang Indonesia sukarela menjadi anggota ISIS. Menurut BIN, sebanyak tujuh warga Indonesia tewas di Irak, salah satu diantaranya merupakanpelaku bom bunuh diri. Direktur deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Prof. Dr. Irfan Idris mengemukakan, ISIS patut diwaspadai sebagai ancaman bagi ideologi Pancasila dan Negara Indonesia.
Meski pemerintah setempat sempat membantah adanyadeklarasi ISIS di Malang tersebut melalui pernyataan di media, namun beberapa peristiwa mengejutkan belakangan ini memperjelas bahwa aktifitas ISIS telah sampai dan sedang dalam penyebaran di tanah air. Pada tanggal 24 februari 2015, 16 WNI dengan modus mengikuti paket wisata ke Turki diberitakan menghilang setelah sebelumnya minta ijin memisahkan diri. Beberapa hari kemudian muncul kabar bahwa ke 16 orang tersebut menyeberang ke suriah untuk bergabung dengan Al-Baghdady. Kabar tersebut dibenarkan ISIS sendiri yang menyatakan 16 orang tersebut telah berada di suriah dan bergabung dengan ISIS.
“Ini mengejutkan, kalau dulu kelompok yang berpaham ekstrimis di Indonesia dalam aksi teror maupun kaderisasi dilakukan dengan rapi dan senyap, kini dengan kehadiran ISIS, mereka yang menganut faham ekstrimis menunjukkan dukungannya secara terang-terangan bahkan dilakukan di ruang publik. Seperti yang dilakukan oleh ratusan orang pada februari 2013 silam, merekamendeklarasikan diri mendukung ISIS di bundaran HI dengan menunggangi car free day,begitu pun soal keberangkatan sejumlah WNI ke Suriah ataupun Irak,” sambung Prof. Dr. Irfan Idris kepada Mimbar Indonesia.
Kh. Hasyim Muzadi. Mantan Ketua Umum PBNU |
Mantan ketua umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi secara tegas menyebut ISIS bukanlah Agama Islam, karena perilakunya yang membunuh sesama muslim. Kyai Hasyim juga mempertanyakan sikap ISIS yang tidak memusuhi Israel namun justru memerangi negara-negara Islam. “ISIS bukanlah Negara Islam, karena Islam tidak mengajarkan membunuh sesama muslim. Ummat Islam Indonesia jangan terkecoh, karena ISIS adalah agenda zionis yang mendompleng simbol Islam untuk memecah belah Islam. Pemerintah perlu melibatkan ulama untuk mengikis pengaruh dokrin ISIS, bukan sekedar menangani hilirnya saja. Pencerahan ummat dengan keterlibatan ulama adalah hulu persoalan yang juga perlu ditangani,” kata pimpinan Pondok Pesantren Al Hikam ini.
Lebih lanjut Hasyim Muzadi mengingatkan bahwa perilaku teror dan gagasan Negara Islam lewat kekerasan yang dibawa ISIS merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Meskipun ISIS lahir di Arab, namun di era globalisasi seperti sekarang, ide-idenya bisa menyebar cepat dan memupuk ekstremisme di Indonesia. Tentu hal tersebut merupakan ancaman bagi ideologi dan Negara Indonesia. Karenanya, ummat Islam jangan terkecoh,” pungkasnya. (pin, dari berbagai sumber).
No comments